Sabtu, 30 Agustus 2014

Ternyata, bukan Jogja atau cilacap, tetapi di bumi Flores, Kab. Ngada.

Beberapa waktu lalu pernah menulis tentang pilihan antara jogja atau cilacap. Takdir, siapa yang tahu. Masa depan, siapa yang berhak menentukan. Manusia hanya bisa berencana, berangan-angan, bercita-cita, lalu sebagian dari mereka ada yang mengupayakan harapan tersebut dengan sungguh-sungguh, dan sebagian lainnya hanya sampai pada kerongkongan. Tidak lama setelah ujian skripsi aku mulai melamar pekerjaan di jogja, memasukan lamaran ke beberapa instansi pendidikan. Beberapa diantaranya sudah sampai tahap wawancara namun tidak sampai diterima. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menerima tawaran seorang saudara until wiyata di kampung halaman. Meski awalnya berat sebab hati yang masih condong untuk mengukir kisah di jogja, perlahan mulai menerima bahwa sudah saatnya aku kembali ke kampung halaman. Di SD N Cinyawang 01 kecamatan patimuan, saya mulai mengabdikan diri sebagai guru kelas.

Meski begitu, keinginan untuk merantau masih bersliweran di benakku. Sampailah ketika dikti membuka pendaftaransete guru SM3T angkatan 4. Meski awalnya tidak mendapat ijin dari orangtua, aku tetap nekat mendaftar. Setelah pengumuman tes online, dan aku dinyatakan diterima, aku kembali mengkomunikasikan dengan orangtua mengenai keinginanku untuk mengabdi di belahan bumi yang lain. Meski awalnya ragu apakah orangtua akan memberi ijin atau tidak, namun bismillah, setelah beberapa kali sholat istikhoroh memohon pilihan terbaik kepada Allah aku memberanikan diri meminta restu dari orangtua. Dan allhamdulillah, segala urusan ketika kits menyerahkannya kepada Allah, maka Allah akan memudahkan urusan tersebut. Jauh dari apa yang akuu bayangkan bahwa orangtua akan tegas menolak, ternyata dengan kalemnya mereka memberi ijin kepadaku untuk merantau ke tempat yang jauh.

Setelah pengumuman penempatan, alhamdulillah aku ditempatkan di Kab.Ngada, NTT. Insya Allah, tanggal 2 September 2014  bersama 37 guru lainnya akan diberangkan ke Ngada. Setelah sebelumnya terjadi perseteruan pikiran untuk memutuskan apakah jogja atau cilacap. Ternyata Allah berkehendak lain Allah memilihkan tempat yang insya Allah lebih baik antara jogja atau cilacap. Bismillah, setahun mengabdi semoga bisa memberikn manfaat untuk orang lain.




Minggu, 13 April 2014

Semangat untuk kesembuhan

Waktu terus bergulir. Sudah 3 malam kakakku berada di RSJ banyumas. Aku dan Mba Marmi masih terus berupaya mendapatkan tempat rehab yang cocok untuk Kak Yanto. Kami tidak ingin ia berlama-lama disana, karena dari pengalaman yang sudah-sudah RS tidak banyak memberikan perubahan untuk tingkah laku dan pola pikir Kak Yanto. Whatssszzz, pengalaman???? Yup! Kak Yanto sudah 4 kali keluar masuk RSJ. Untuk pertama kalinya Kak Yanto dibawa ke RSJ banyumas sekitar tahun 1999. Lalu, sekitar 1 tahun yang lalu d bawa ke megelang, namun hanya 2 minggu kemudian setengah tahun setelah itu ia kembali dijemput lagi oleh perawat magelang. Blm sampai 2 minggu sudah dibawa pulang. Sekarang, 3 bulan setelah itu Kak Yanto kembali dimasukan ke RSJ. Sebenarnya sangat tidak tega harus membawa kesana, berkumpul dengan orang-orang yang seneng berteriak-teriak sendiri. Ah, tapi sejauh ini belum mendapatkan tempat terbaik untuk pengobatannya. Ketika pertama kali mengetahui bahwa penyakit yg diderita kak Yanto, yakni skizofrenia merupakan penyakit seumur hidup, kami sempat kecewa dan menyerah dengan usaha mengobatinya. Tapi, setelah beberapa waktu lalu kak Yanto kembali membuat ulah bahkan tidak hanya kepada sanak keluarga tapi sudah melibatkan lingkungan. Kami memutuskan untuk mengantarnya ke RSJ. Kak Yanto mengancam imam mushola di RT kami, jika tidak mau sholat jum'at disitu, maka dia akan membunuhnya. Berawal dari ini, warga setempat merasa terganggu dan was-was karena ancaman tersebut. Bagi keluarga kami, ancaman seerti itu tidak begitu berarti. Kami sering mendapat perlakuan seperti itu, bahkan pernah kakekku sudah dibawakan golok dan karung untuk wadah kepala kakek yang akan dipotongnya. Ha...bukankah sangat menyeramkan? Begitulah kami hidup dalam was-was. Alhamdulillah, sejauh ini kakakku hanya mengancam. Toh, itu hanya ucapan yang dikeluarkan oleh orang yang sakit. Meski kami menjelaskan kepada warga, tetap saja bagi mereka yang baru pertama kali mendapat perlakuan seperti itu merasa hidupnya tida aman terlebih jika mereka mengingat anak-anak mereka tentu merasa sangat khawatir. Setelah diadakan sidang untuk kasus ini, warga menuntut agar mereka aman dan bisa kembali beraktivitas di mushola. Kemarin, Mba Marmi ke tasik tepatnya ke ponpes Suryalaya untuk mencari informasi mengenai tempat rehabilitasi bagi orang yang gangguan jiwa. Namun, setelah sebelumnya sempat yakin akan menitipkan Kak Yanto disitu, setelah mendapat penjelasan tentang cara pengobatan kami banyak kurang sreg dan ragu2 untuk menitipkan kak Yanto disana. Sekarang, kami masih mencari tempat terbaik untuk kak Yanto. Meski sudah banyak uang yg dikeluarkan untuk kakakku, semoga tidak ada kebosanan daam upaya mengobati kak Yanto. Selalu aku katakan, kakakku adalah orang yang baik. Hanya saja dia sedang sakit, sakit yang mempengaruhi caranya berpikir dan bertingkah laku. Semoga, kami selalu dikuatkan dengan ujian ini dan tidak mengurangi semangat untuk menemukan jalan kesembuhan bagi kak Yanto. Bukankah setiap penyakit ada obatnya?

Semangat untuk kesembuhan

Waktu terus bergulir. Sudah 3 malam kakakku berada di RSJ banyumas. Aku dan Mba Marmi masih terus berupaya mendapatkan tempat rehab yang cocok untuk Kak Yanto. Kami tidak ingin ia berlama-lama disana, karena dari pengalaman yang sudah-sudah RS tidak banyak memberikan perubahan untuk tingkah laku dan pola pikir Kak Yanto. Whatssszzz, pengalaman???? Yup! Kak Yanto sudah 4 kali keluar masuk RSJ. Untuk pertama kalinya Kak Yanto dibawa ke RSJ banyumas sekitar tahun 1999. Lalu, sekitar 1 tahun yang lalu d bawa ke megelang, namun hanya 2 minggu kemudian setengah tahun setelah itu ia kembali dijemput lagi oleh perawat magelang. Blm sampai 2 minggu sudah dibawa pulang. Sekarang, 3 bulan setelah itu Kak Yanto kembali dimasukan ke RSJ. Sebenarnya sangat tidak tega harus membawa kesana, berkumpul dengan orang-orang yang seneng berteriak-teriak sendiri. Ah, tapi sejauh ini belum mendapatkan tempat terbaik untuk pengobatannya. Ketika pertama kali mengetahui bahwa penyakit yg diderita kak Yanto, yakni skizofrenia merupakan penyakit seumur hidup, kami sempat kecewa dan menyerah dengan usaha mengobatinya. Tapi, setelah beberapa waktu lalu kak Yanto kembali membuat ulah bahkan tidak hanya kepada sanak keluarga tapi sudah melibatkan lingkungan. Kami memutuskan untuk mengantarnya ke RSJ. Kak Yanto mengancam imam mushola di RT kami, jika tidak mau sholat jum'at disitu, maka dia akan membunuhnya. Berawal dari ini, warga setempat merasa terganggu dan was-was karena ancaman tersebut. Bagi keluarga kami, ancaman seerti itu tidak begitu berarti. Kami sering mendapat perlakuan seperti itu, bahkan pernah kakekku sudah dibawakan golok dan karung untuk wadah kepala kakek yang akan dipotongnya. Ha...bukankah sangat menyeramkan? Begitulah kami hidup dalam was-was. Alhamdulillah, sejauh ini kakakku hanya mengancam. Toh, itu hanya ucapan yang dikeluarkan oleh orang yang sakit. Meski kami menjelaskan kepada warga, tetap saja bagi mereka yang baru pertama kali mendapat perlakuan seperti itu merasa hidupnya tida aman terlebih jika mereka mengingat anak-anak mereka tentu merasa sangat khawatir. Setelah diadakan sidang untuk kasus ini, warga menuntut agar mereka aman dan bisa kembali beraktivitas di mushola. Kemarin, Mba Marmi ke tasik tepatnya ke ponpes Suryalaya untuk mencari informasi mengenai tempat rehabilitasi bagi orang yang gangguan jiwa. Namun, setelah sebelumnya sempat yakin akan menitipkan Kak Yanto disitu, setelah mendapat penjelasan tentang cara pengobatan kami banyak kurang sreg dan ragu2 untuk menitipkan kak Yanto disana. Sekarang, kami masih mencari tempat terbaik untuk kak Yanto. Meski sudah banyak uang yg dikeluarkan untuk kakakku, semoga tidak ada kebosanan daam upaya mengobati kak Yanto. Selalu aku katakan, kakakku adalah orang yang baik. Hanya saja dia sedang sakit, sakit yang mempengaruhi caranya berpikir dan bertingkah laku. Semoga, kami selalu dikuatkan dengan ujian ini dan tidak mengurangi semangat untuk menemukan jalan kesembuhan bagi kak Yanto. Bukankah setiap penyakit ada obatnya?