Kamis, 10 April 2014
"yani menghubungiku. Katanya ada lowongan guru di SD deket SMP. Td nanyain kamu udah selesai apa blm kuliahnya. Kalau udah lulus mau ditawari ngajar disitu. Tapi baru cadangan kalau ponakannya ga bisa disitu." ucap kakakku mengganti tema obrolan yg sebelumnya berbicara tentang kakakku.
Ibuku yg mendengar ada lowongan guru di deket rumah sangat antusias mendukung aku supaya disitu.
"tapi baru cadangan, jangan berharap." tegas kakakku, mengingatkan ibu yg sgt antusias.
"yang di jogja, bagaimana, ada kabar?" tanya kakakku.
"ada. Ud wawancara tapi blm ada pengumuman. Lg sibuk ngurus pemilu katanya." jawabku.
"ini udah ada yg deket, ngapain mikir jauh-jauh." sahut ibu, sekali lagi, dia sangat berharap aku pulang.
Sementara aku..
Aku menyampaikan, kalau lulus terus pulang, kapan aku bisa berkembang, kpn aku belajar bertahan hidup. Pengalaman juga msih sangat dikit.
Bagi ibuku, pengalaman jg bisa didapatkan disini.
Ntah, aku sendiri, meski aku punya pertimbangan ini itu, punya segudang harapan, aku tdk tahu mana yg benar dan terbaik untukku.
Aku tidak meminta ke Allah untuk disini atau disana. Aku hanya meminta yg penting Allah ridho dan aku msih tetap bs mengingat-Nya dengan baik.
Ibuku, sehebat apapun harapannya kepadaku. Tapi itu harapan yg bersumber dari perasaannya. Tidak membertimbangkan selain aku dekat dengan orangtua, dsb.
Sementara aku, aku berpikir tentang lingkungan yg kondusif, tentang pengalaman, tentang pengembangan diri. Tapi, lagi dan lagi, hanya Allah yg tahu mana yg terbaik untuk hamba-Nya.
Aku yakin, teman2ku seperti nita, mb siti, novi, dan lainnya tidak kalah hebat harapan untuk mengembangkan diri di jogja, harapan untuk dekat dengan Allah, Nyatanya Allah memutuskan untuk memulangkan mereka ke kampung halaman.
Aku, tidak meminta harus disini atau disana. Aku hanya ingin Allah ridho kepadaku.
Jikapun aku blm ingin pulang, bukan krn kakakku. Bahkan aku berpikir jika tidak da lg yg merawat kakakku, aku akan mengajukn diri untuk merawatnya kelak.
Aku, jika aku berpikir dengan perasaanku. Ketika allah mengujiku dg rasa cinta, aku akan menggumbar rasa itu agar tidak aku saja yg mrasakannya. Tp Allah membuatku berpikir dg akalku, dg mempertimbangkan islam sehingga aku hrus bersusah payah untuk mengabaikan rasa yg datang. Alhamdulillah aku bisa, aku berhasil lolos dari ujian itu.
jikapun ibuku berpikir dg perasaannya, aku serahkan kepada Allah yg Maha Tahu.
Untuk rezqi, seperti kata aa gym, bukankah selama ini Allah mencukupi kebutuhan kita? Kenapa tiba2 takut tdk bisa makan?
Aku setuju bgt dg pendapat beliau, selama ini Allah menjagaku, mencukupi kebutuhanku lewat jalan mana saja yg Allah sukai. Jika sejak lahir hingga SMA lebih byk lewat ortu, lalu setelah lulus jalan rezqi berpindah lewat bos di tempatku bekerja, masuk kuliah jalan rezqi pindah lagi lewat selain bos dan orangtua. Dan aku yakin, jikapun setelah ini tdk ada sokongan dari orangtua, asal aku mau berusaha Allah kan menolongku, membukakan jalan yg selama ini masih tertutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar